16 Maret 2009

TAMAN RAMAH LINGKUNGAN


Taman Ramah Lingkungan

Taman adalah representasi selera dan keinginan manusia memuaskan hidup. Lewat taman, manusia mengenal dirinya, lingkungannya, dan alam tempat hidupnya.
Keberadaan taman rumah sering dipahami berdasar pendekatan visual. Memang puas rasanya bila melihat apalagi memiliki taman indah. Di sisi lain sebetulnya banyak hal yang harus kita sadari terkait keberadaan kita di lingkungan. Kesadaran terhadap unsur kecil di lingkungan sekitar dapat membuka mata kita agar dapat melihat, merancang, dan menikmati kehadiran taman.
Menurut arsitek lansekap, Nirwono Yoga, pendekatan fungsi taman secara ekologis seharusnya diperhatikan oleh para pemilik rumah. Di rumah dengan lahan yang kecil, kapasitas lahan sebagai tempat resapan air dan daur ulang bahan organik menjadi penting.
Jika kita membuat taman indah tanpa memperhatikan dampak ekologi, bisa jadi memubazirkan biaya. Membuat taman memang membutuhkan biaya relatif besar. Padahal nilai ekologi pada sebuah taman dapat menjadikan taman lebih ekonomis dalam pembuatan dan efisien dalam pemeliharaan.
Apa yang harus dilakukan jika kita ingin membuat taman dengan memperhatikan ekologi lingkungan? Ada tiga pendekatan utama, yaitu:

1. Mengintegrasikan desain taman dan desain rumah.

Kita sering melihat taman yang membosankan atau tidak harmonis dengan arsitektur bangunan. Kenapa hal itu terjadi?
Seperti ungkapan dalam zen, keselarasan dapat menghasilkan ketenangan. Keselarasan desain taman, yang mencakup komposisi, posisi, dan desain -misal taman modern, klasik, atau tropis- dengan rumah menjadi kunci utama. Taman yang menarik akan membuat nilai visual rumah pun menjadi lebih menarik. Nilai visualnya terintegrasi dan tidak saling mendominasi satu sama lain, sehingga nyaman dipandang.
Komposisi taman haruslah seimbang. Ini terkait dengan penggunaan hardscape dan softscape, yang disesuaikan dengan luas lahan dan bukaan rumah. Rumah dengan banyak bukaan boleh jadi tren saat ini -terkait dengan isu global warming dan penghematan energi. Namun apa jadinya jika rumah tersebut tidak didukung oleh taman-taman yang rimbun. Di dalam rumah pun terasa panas, kering, dan gerah.

2. Memahami elemen ekologis.

Beberapa kendala pasti muncul saat mendesain taman. Salah satunya adalah keterbatasan lahan. Apakah kita perlu membuat taman? Padahal untuk menjemur pakaian saja kurang lahan.
Coba pertimbangkan untuk membuat taman dengan pendekatan ekologis. Pendekatan ini antara lain menganjurkan pemilik rumah membuat taman yang tidak hanya indah secara visual, tapi juga memiliki kemampuan meningkatkan kualitas air dan tanah.
Sewaktu mendesain rumah, hendaknya kita memikirkan aspek ekologis itu. Hal ini akan menjawab pertanyaan seputar ke mana air hujan mengalir dan daun-daun kering dibuang.
Merencanakan taman dari awal dengan pendekatan nilai ekologis menjadikan kita secara otomatis memperhatikan sistem dan pemeliharaan taman. Sistem pengaliran air resapan, misalnya, bisa dengan membuat sumur-sumur resapan dan biopori. Ini juga sekaligus untuk mengolah sampah organik.

3. Lakukan pendekatan panca indera.

Taman selalu ada di rumah-rumah masyarakat Indonesia sejak zaman dulu. Menurut Nirwono, tipologi taman khas Indonesia adalah kelompok-kelompok tanaman yang dipisahkan oleh jalur-jalur utama, tanpa hamparan rumput.
Keberadaan taman terkait dengan kebutuhan panca indera kita. Panca indera kita membutuhkan "makanan" visual dan taste baru agar tak merasa jenuh dan bosan.
Menurut Anggia Murni, taman bisa berfungsi sebagai pengalih pandangan untuk memperkaya fungsi panca indera. Dengan memahami alam, pemikiran kita akan berkembang, dan hasilnya bisa mempengaruhi kekayaan karya kita.
Sayangnya, kita masih cenderung tertinggal. Contohnya, kitalbisa melihat perkembangan taman di kota Jakarta dibandingkan dengan di Singapura. Ketika pemerintah kota Jakarta masih sibuk mengejar target menanam sejuta pohon, Singapura telah berbenah dengan mendesain taman kota yang bisa didatangi kunang-kunang, kupu-kupu, dan burung-burung. Kita masih berkutat dengan kuantitas, sementara yang lain sudah beranjak ke menyemarakkan suasana.
Suasana taman dapat tercapai apabila sesuai dengan kemampuan panca indera kita memaknainya. Untuk itu, taman tak selalu harus ditanami tetumbuhan yang berdaun hijau, tapi bisa yang berdaun warna lain. Di samping itu, pemberian ornamen seperti air mancur (pond), sungai buatan, atau elemen lain, dapat membentuk kualitas visual taman.
Mari membuat taman, yang memanjakan panca indera, dengan keindahan visual, kelembutan, dan keharuman. Secara langsung atau tidak langsung, taman membuat kita merasa lepas dari kerumitan masalah hidup. *
di Posting: Indra Zaka Permana

2 komentar:

  1. Memang taman sangat penting apalagi sekarang ini lahan semakin habis karena pembangunan yang tidak merata disamping itu illegal logging merajalela sehingga menjadikan bangsa kita semakin panas,kebakaran hutan terjadi dimana-mana

    BalasHapus